“Memang, kawasan Marelan ini lebih banyak dilirik pengembang perumahan swasta karena dinilai lebih prospektif."
MEDAN Marelan berkembang cepat sepuluh tahun terakhir. Bahkan perkembangannya sangat fantastis di antara 21 kecamatan di Kota Medan. Kecamatan yang terletak di Medan utara ini cenderung meninggalkan daerah lain yang sekawasan dengannya.
Padahal Marelan satu dasawarsa lalu
masihlah sebuah daerah tertinggal yang sangat sepi dan terpencil. Soalnya,
letaknya hampir di ujung utara Kota Medan, menuju ke arah pesisir Belawan.
Tertinggal, karena kondisi infrastruktur baik jalan maupun sarana masyarakat
lainnya masih sangat buruk.
Tak ada jalan mulus yang menghubungkan Marelan dengan daerah lainnya. Belum ada pula jejeran pertokoan apalagi pusat belanja yang besar seperti supermarket. Yang terlihat masihlah kawasan perkampungan masyarakat dengan hamparan lahan pertanian dengan komoditas utama sayur-mayur.
Saat itu muncul idiom di masyarakat bahwa Marelan bagaikan tempat ‘jin buang anak’. “Tak terbayangkan sebelumnya bisa tinggal di sini. Jauh, sepi, jalan becek,” kata Dian Hayati, yang sejak 2001 menetap di Kelurahan Terjun Marelan dari tempat asalnya di Jalan Gaharu Medan Timur.
Tapi itu kondisi sepuluh tahun lalu karena hanya dalam waktu singkat daerah ini seperti disulap dari kawasan yang sepi dengan dominan ladang sayur menjadi kawasan yang padat dan ramai seiring bisnis perdagangan dan jasa yang tumbuh sangat pesat.
Jarak yang jauh pun jadi tak terasa, karena jalan lebar dan mulus dengan kendaraan angkutan umum melintas ke berbagai rute tujuan.
Yang jadi pertanyaan, konsep pembangunan seperti apa yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk kawasan Medan Marelan? Marelan sebagai sentra pertanian yang disokong perdagangan dan jasa atau menjadi pusat perdagangan dan jasa dengan dukungan industri, namun meninggalkan pertanian?
Camat Medan Marelan, Pulungan Harahap SH MSi mengatakan, dalam Rencana Umum Tata ruang Kota (RUTK) Pemko Medan, Marelan dijadikan kawasan pemukiman. Sementara untuk kawasan pabrik dipusatkan ke Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. “Memang, kawasan Marelan ini lebih banyak dilirik pengembang perumahan swasta karena dinilai lebih prospektif," katanya.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan menetapkan Medan Marelan dalam Rancangan Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai kawasan permukiman. Tetapi, melihat perkembangan pasar sudah mulai dilakukan perubahan peruntukan bagi perdagangan di beberapa kawasannya. Sementara kawasan utara lainnya, seperti Medan Belawan, akan dilengkapi dengan wisata bahari.
Kawasan ini sangat potensial sebagai pusat perdagangan dan jasa ditambah lagi dengan adanya beberapa situs budaya dan objek wisata yang akan dikembangkan di kawasan tersebut. Yakni, situs Kota China dan objek wisata Danau Siombak.
Tak ada jalan mulus yang menghubungkan Marelan dengan daerah lainnya. Belum ada pula jejeran pertokoan apalagi pusat belanja yang besar seperti supermarket. Yang terlihat masihlah kawasan perkampungan masyarakat dengan hamparan lahan pertanian dengan komoditas utama sayur-mayur.
Saat itu muncul idiom di masyarakat bahwa Marelan bagaikan tempat ‘jin buang anak’. “Tak terbayangkan sebelumnya bisa tinggal di sini. Jauh, sepi, jalan becek,” kata Dian Hayati, yang sejak 2001 menetap di Kelurahan Terjun Marelan dari tempat asalnya di Jalan Gaharu Medan Timur.
Tapi itu kondisi sepuluh tahun lalu karena hanya dalam waktu singkat daerah ini seperti disulap dari kawasan yang sepi dengan dominan ladang sayur menjadi kawasan yang padat dan ramai seiring bisnis perdagangan dan jasa yang tumbuh sangat pesat.
Jarak yang jauh pun jadi tak terasa, karena jalan lebar dan mulus dengan kendaraan angkutan umum melintas ke berbagai rute tujuan.
Yang jadi pertanyaan, konsep pembangunan seperti apa yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk kawasan Medan Marelan? Marelan sebagai sentra pertanian yang disokong perdagangan dan jasa atau menjadi pusat perdagangan dan jasa dengan dukungan industri, namun meninggalkan pertanian?
Camat Medan Marelan, Pulungan Harahap SH MSi mengatakan, dalam Rencana Umum Tata ruang Kota (RUTK) Pemko Medan, Marelan dijadikan kawasan pemukiman. Sementara untuk kawasan pabrik dipusatkan ke Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. “Memang, kawasan Marelan ini lebih banyak dilirik pengembang perumahan swasta karena dinilai lebih prospektif," katanya.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan menetapkan Medan Marelan dalam Rancangan Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai kawasan permukiman. Tetapi, melihat perkembangan pasar sudah mulai dilakukan perubahan peruntukan bagi perdagangan di beberapa kawasannya. Sementara kawasan utara lainnya, seperti Medan Belawan, akan dilengkapi dengan wisata bahari.
Kawasan ini sangat potensial sebagai pusat perdagangan dan jasa ditambah lagi dengan adanya beberapa situs budaya dan objek wisata yang akan dikembangkan di kawasan tersebut. Yakni, situs Kota China dan objek wisata Danau Siombak.
Namun, anggota DPRD Medan yang berasal dari daerah pemilihan (Dapem) V, Khairuddin Salim, mengharapkan, jika pun Marelan dijadikan sebagai pusat perdagangan dan jasa, tentunya harus melalui program yang sangat matang. “Daerah ini sangat potensial, sangat mendukung untuk dijadikan sentra bisnis,” ujar politisi Partai Demokrat ini.
Begitupun, tambahnya, untuk pengembangan tersebut harus dengan perencanaan yang matang sehingga apa yang diprogramkan itu bisa dinikmati masyarakat dan tidak malah menimbulkan persoalan baru. “Planning itu kita harapkan sudah bisa terealisasi dua atau tiga tahun ke depan," ujarnya lagi.
Khairuddin menuturkan, hal yang perlu diperhatikan seperti sarana drainase sehingga tidak ada lagi banjir, apalagi banjir yang semakin parah. Kemudian, tata ruang yang baik sehingga tidak semrawut seperti yang terjadi di pusat Kota Medan saat ini.
Menjawab hal tersebut Camat Pulungan Harahap mengatakan pengembang dalam membangun permukiman harus memperhatikan pembangunan dan perawatan drainase di kawasan perumahannya. “Sebab, jika setelah membangun perumahan dan memperoleh keuntungan langsung meninggalkannya tanpa melakukan perawatan, akan berujung pada persoalan masyarakat,” katanya.
Soal kesemrawutan sendiri, sebagian warga Marelan sudah merasakan sedikit ketidaknyamanan akibat kondisi yang ramai seperti saat ini. “Saya baru satu bulan lebih tinggal di sini. Suatu hari saya terkejut, karena pada saat keluar rumah di malam Minggu, mendapati jalan yang nyaris macet total dengan asap kendaraan di mana-mana. Sejak itu, jadi malas keluar rumah saat malam libur karena pasti akan mendapati kondisi seperti itu,” kata Ali Chalil, warga Jalan Kapten Rahmad Budin, Kelurahan Rengas Pulau.
Hal itu terjadi, karena saban malam Marelan kerap jadi sasaran pedagang menggelar jualannya di emperan ruko maupun pinggir jalan. Apalagi jika ada keramaian seperti pasar malam maupun panggung hiburan di lapangan. Padahal, saat itu pula banyak warga yang wara-wiri mencari hiburan, bahkan yang datang dari luar Marelan.“Belum lagi mobil odong-odong hilir mudik keluar masuk gang. Jadi tambah macet lah,” sambung Ali.
Sumber : Harian MedanBisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar