PROFIL
- KOPERASI MASYARAKAT SEJAHTERA
- Medan, Sumatera Utara, Indonesia
- BADAN HUKUM : 518/30/BH/II.14/VII/2012. Berdiri tanggal 15 April 2012. SEKRETARIAT : Jl. A. Sani Muthalib Gg. Sukarela No. 11 Kel. Terjun, Kec. Medan Marelan, Kota Medan, PENGURUS : Ketua I Eko Hendra, Ketua II Erni, Sekretaris I Bambang Sutrisno, Sekretaris II Rina Yanti, Bendahara Rosita.
Kamis, 10 Mei 2012
BKP Selenggarakan Pelatihan B3 di Rengas Pulau
Menindaklanjuti program sosialisasi
manggadong, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan juga
menyelenggarakan kegiatan pelatihan pengolahan pangan beragam, bergizi,
berimbang (B3) dan aman untuk kebutuhan keluarga.
Pelatihan yang diikuti 50 peserta yang terdiri dari perwakilan setiap lingkungan serta Pokja Dasawisma dan istri-istri kepling ini dilakukan di di aula Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan, Rabu (9/5).
Pelatihan pengolahan pangan ini merupakan kegiatan dari kegiatan yang sebelumnya. “Penyelenggaraan kegiatan hari ini adalah kegiatan praktek yang langsung dilakukan peserta dibimbing oleh tenaga ahli dengan bahan pangan lokal. Sehingga diharapkan peserta bisa menerapkan kegiatan ini di rumah tangga masing-masing dan memberikan ilmu pengetahuannya ke masyarakat lain di lingkungannya,” kata staf BKP Medan, Bukhori.
Dr Erli Mutiara yang menjadi narasumber pelatihan tersebut serta dosen Unimed ini juga mengharapkan pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini bisa diterima peserta dengan baik dan dapat disebarkan kepada tetangga lainnya.
Dikatakannya, manggadong atau makan ubi sebelum makan nasi dengan cara direbus tanpa dicampur dengan nasi. “Ubi yang direbus kemudian diolah dan dicetak sesuai potongan yang kita inginkan,” jelasnya.
Ketua PKK Kelurahan Rengas Pulau, Nur Aini Ahmad mengungkapkan, peserta pelatihan ini terdiri dari 5 istri kepling, 25 peserta dari masyarakat serta 20 orang dari Dasawisma.
Sumber : Harian MedanBisnis
Pelatihan yang diikuti 50 peserta yang terdiri dari perwakilan setiap lingkungan serta Pokja Dasawisma dan istri-istri kepling ini dilakukan di di aula Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan, Rabu (9/5).
Pelatihan pengolahan pangan ini merupakan kegiatan dari kegiatan yang sebelumnya. “Penyelenggaraan kegiatan hari ini adalah kegiatan praktek yang langsung dilakukan peserta dibimbing oleh tenaga ahli dengan bahan pangan lokal. Sehingga diharapkan peserta bisa menerapkan kegiatan ini di rumah tangga masing-masing dan memberikan ilmu pengetahuannya ke masyarakat lain di lingkungannya,” kata staf BKP Medan, Bukhori.
Dr Erli Mutiara yang menjadi narasumber pelatihan tersebut serta dosen Unimed ini juga mengharapkan pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini bisa diterima peserta dengan baik dan dapat disebarkan kepada tetangga lainnya.
Dikatakannya, manggadong atau makan ubi sebelum makan nasi dengan cara direbus tanpa dicampur dengan nasi. “Ubi yang direbus kemudian diolah dan dicetak sesuai potongan yang kita inginkan,” jelasnya.
Ketua PKK Kelurahan Rengas Pulau, Nur Aini Ahmad mengungkapkan, peserta pelatihan ini terdiri dari 5 istri kepling, 25 peserta dari masyarakat serta 20 orang dari Dasawisma.
Sumber : Harian MedanBisnis
UISU Makin Dekat ke Marelan
Ketua Yayasan Harapan Mekar (kanan) berbincang dengan Rektor UISU | (ke-2 dari kanan) |
Suasana diskusi dan tanya jawab. |
Kamis (10/5)
siang Ketua Yayasan Harapan Mekar Drs Jumadi Sembiring bersama sejumlah
pengurus yayasan dan guru dengan didampingi Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Medan
Marelan Suhariadi SSos dan Lurah Rengas Pulau Ir Ahmad yang disertai sejumlah
kepala lingkungan, melakukan kunjungan balasan ke kampus UISU Jalan Karya Bakti
Medan.
Maksud kedatangan
mereka untuk melanjutkan pembicaraan 2 Mei lalu, soal rencana UISU membuka perkuliahan
di Marelan dengan memakai tempat gedung sekolah Harapan Mekar.
Kunjungan
rombongan dari Marelan itu diterima Rektor UISU diwakili Pembantu Rektor (PR)
II Drs Yanhar Jamaluddin MAP, PR IV H Syarifuddin Elhayat MA, sejumlah dekan
dan pembantu dekan serta Ketua Pusat Pengembangan Kewirausahaan dan
Ketenagakerjaan (P2K2) UISU, Ir Deni Faisal Mirza.
Foto bersama pihak UISU, Yayasan Harapan Mekar serta pihak kecamatan dan kelurahan. |
Dengan pertemuan
resmi yang telah digelar dua kali ini, berarti rencana UISU untuk membuka
perkuliahan di Marelan semakin dekat. Kemungkinan dalam waktu dekat akan
ditandatangani MoU sehingga UISU bisa segera menerima mahasiswa baru yang akan
melakukan perkuliahan di Marelan.
Mengakhiri kunjungan,
rombongan dari Marelan melakukan peninjauan ke ruang-ruang kuliah UISU. Ketua
Yayasan Harapan Mekar Jumadi Sembiring sempat pula bertemu Rektor Dr Ir Mhd
Asaad MSi, dan berbincang akrab soal rencana perkuliahan di Marelan. (kohen)
Selasa, 08 Mei 2012
Di Pasar Sayur Sore Marelan, Para Penarik Becak Merangkap Pedagang Sayur
PASAR sayur sore meramaikan Jalan
Rahmat Budin sampai simpang Jalan Marelan Raya Pasar V saban sore
hari. Ada hiruk-pikuk transaksi antara pedagang dan pembeli tatkala
komoditas pertanian yang sebagian besar adalah sayuran dijajakan di
pinggir jalan hingga malam harinya di sana.
Kondisi
itu sudah berjalan puluhan tahun. Sebagian besar pedagang sayur berasal
dari daerah Hamparan Perak, yang datang dengan berbagai sarana
angkutan, mulai dari sepeda dayung, becak dayung, becak motor hingga
mobil pick up. Adi, seorang penarik becak, setelah pulang dari mencari nafkah sekitar pukul 16.00 WIB biasanya langsung pulang ke rumah untuk sekadar membersihkan diri, kemudian pergi lagi ke sawah milik tetangganya untuk mengutip sayur kangkung yang sudah dipesannya sehari sebelumnya. Adi memang berprofesi sebagai pedagang sayur, selain penarik becak. Sayur yang dibelinya dari petani yang tetangganya itu kemudian dibawanya dengan becak mesin miliknya dari rumahnya di Desa Selemak, Kecamatan Hamparan Perak sekira pukul 17.00 WIB.
"Hari ini agak terlambat, bang. Biasanya pukul 15.00 WIB atau paling lama 16.00 WIB sudah jalan ke Pasar V Marelan,"ungkapnya. Dia mengemukakan satu bal sayur dibeli dari petani seharga Rp 4.000, lalu di jualnya seharga Rp 6.000 ke pembeli. "Biasanya sih, sudah ada pelanggan," ujarnya lagi.
Saat itu dia memang hanya mendapatkan beberapa bal sayur kangkung, karena sayuran dari petani lain yang ada di desanya sudah diambil pedagang lain.
Soalnya, bukan cuma Adi yang berprofesi sebagai tukang becak merangkap pedagang sayur di desanya, melainkan ada beberapa orang lagi yang sudah melakoninya selama belasan tahun terakhir.
Hari itu pun ternyata ada kawan atau tetangga Adi yang sudah lebih dulu berangkat ke Pasar V Marelan untuk menjual sayur.
Adi sendiri membawa 20 bal sayur kangkung, di mana setiap bal terdiri dari 20 ikat kangkung. Pasar V Marelan bisa ditempuhnya dalam tempo 15 menit, di sana Adi bergabung dengan kawan-kawan yang sudah lebih dulu sampai. Dia duduk-duduk di atas becak sambil menikmati sebatang rokok untuk menunggu pelanggan ataupun pembeli yang hendak membeli sayur miliknya.
Setelah dua jam, dagangan Adi tinggal lima bal lagi. "Ini sudah malam kali, biasanya jam segini (20.00 WIB) saya sudah pulang ke rumah, tapi ini hari lambat," kata bapak tiga anak tersebut.
Adi menambahkan, jika sayur itu tidak habis terjual maka keesokan paginya dia akan kembali Pasar V Marelan untuk menghabiskan dagangannya itu.
Hal serupa juga dilakukan oleh Suharlan, warga Kelambir V Hamparan Perak. Dia juga berprofesi sebagai penarik becak pada pagi hingga siang, lalu sore harinya mengambil sayur untuk dijual di Pasar Sore Marelan.
Suharlan menjual sayur kacang panjang yang diambil dari petani setempat dengan harga Rp2500 per kilogram, kemudian dijual ke pelanggan atau pembeli seharga Rp3500 per kilogram.Dagangan laris, karena itu tampak santai minum kopi di kedai sambil menunggu kawannya yang sedang berjualan untuk pulang bersama-sama.
Suharlan mengatakan, dia berangkat ke Pasar V Marelan sekira pukul 15.00 WIB setiap harinya. "Kami memang sudah ada pelanggan. Biasanya mereka juga pedagang yang akan berjualan di pasar-pasar lainnya," katanya.
Ya, ternyata tidak sedikit penarik becak yang juga berdagang sayur di sini setiap sore hingga malam. "Ada 5-7 orang di sini," ungkap seorang pembeli bernama Heni, warga Lingkungan 27 Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.
Heni mengatakan sering berbelanja sayur untuk kebutuhan kedainya dari beberapa pedagang yang sudah dikenalinya. "Saya tidak susah-susah untuk menawar sayuran karena sudah tahu sama tahu," ungkapnya.
Para pedagang itu pun, katanya, mempunyai banyak pelanggan sehingga mereka tak perlu repot lagi menjajakan dagangannya."Mereka tinggal nongkrong di atas becak, sudah ada yang datang memborong sayuran dagangan masing-masing," ungkap Heni.
Sumber : Harian MedanBisnis
Minggu, 06 Mei 2012
DARWIS, PERAJIN SENI UKIR MINIATUR KAPAL LAYAR
Berkat kegigihan dan keyakinannya, kini Darwis mampu menciptakan karya seni ukir miniatur kapal layar bernilai seni tinggi. Bahkan karya seninya itu tidak hanya diminati orang dari dalam negeri, tapi juga luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Keputusannya beralih profesi dari nelayan menjadi perajin miniatur kapal layar ternyata tak sia-sia.Buktinya, dari usaha perajin seni ukir miniatur kapal yang dirintisnya sejak 10 tahun silam,kini mampu menghasilkan Rp3 juta perbulan.
Adalah Darwis,42,warga Jalan Marelan Raya Pasar II Gang Indah/Botot,Kecamatan Medan Marelan.Pria berkumis ini mengaku, sebelum merintis usaha sebagai perajin seni ukir kapal layar,pernah menjadi nelayan di perairan Belawan. Bertahun-tahun menjadi nelayan tradisional dirasa tidak menjanjikan karena dengan alat tangkap yang minim,hasil dari melaut tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sejak itulah,Darwis,ayah dua anak ini pun memutar otaknya berpikir mencari profesi lain.Niatnya untuk beralih profesi hanya satu,bisa menghidupi dan membahagiakan istri dan kedua anaknya.
Bermodalkan kemauan dan uang Rp5.000 pada tahun 2001,Darwis mencoba mencari peruntungan dengan menjadi perajin miniatur kapal layar.Ide itu muncul begitu memandangi kapal layar yang sandar di Pelabuhan Belawan. Dia terinspirasi,kalau kapal-kapal itu diukir dan dibuat miniatur dengan seni ukiran yang khas akan diminati orang. Darwis mengaku,tidak memiliki keahlian khsusus dalam seni ukir mengukir. Namun karena dorongan dan kemauan yang kuat ingin merubah nasib dia pun mencoba mengukir miniatur kapal layar dengan memilih bahan dari bambu.Bahan itu dipilih selain gampang dicari, harganya juga murah.
Di awal-awal hasil ukirannya belum begitu sempurna,karena sifatnya masih belajar.Bahkan untuk menyiapkan satu miniature kapal layar menghabiskan waktu sebulan. Namun suami Isna Riaty ini tidak mau putus asah.Dia terus mencoba dan terus mencoba.Berkat kegigihan dan keyakinannya itulah kini Dia mampu menciptakan karya seni ukir miniatur kapal layar bernilai seni tinggi. Bahkan karyanya seninya itu tidak hanya diminati orang dari dalam negeri,tapi juga luar negeri,seperti Malaysia dan Singapura. “Waktu itu saya berpikir tidak mungkin selamanya menjadi nelayan.
Soalnya dari hasil melaut,tidak menjamin. Gitupun Saya bersyukur pernah menjadi nelayan.Dari nelayanlah saya dapat ide membuat miniatur kapal layar,”paparnya. Rata-rata hasil seni ukir miniatur kapal layar dihargai orang Rp50.000 per unitnya. Padahal bahannya hanya bambu dan alat seadanya. Selebihnya,lem alteko (lem setan) dan kertas pasir. Modalnya sekitar Rp5000 per unitnya. “Sekitar segitulah modalnya.Cuma yang agak lama proses pembuatannya.
Diawal-awal,satu kapal bisa menghabiskan waktu sebulan,”terangnya. Namun sekarang ini,kakek satu cucu ini mampu menghasilkan dua hingga tiga unit miniatu kapal layar. Semua itu berkat kebiasaan dan terus mengasah keterampilan. “Kalau sekarang ini tergantu permintaan.Kalau lagi banyak yang pesan,sehari bisa tiga kapal saya siapkan. Semua saya belajar sendiri, tidak ada belajar atau sekolah khusus,”beber Darwis.
Seiring dengan perjalanan waktu,Darwin kini tak hanya membuat miniatur kapal layar,tapi juga membuat miniatur becak Medan hingga alat transportasi lainnya. “Asal ada kemauan,pasti ada jalan. Sebenarnya apapun bisa kita buat,meski belum pernah mencobanya,” ucapnya merendah. Kini hasul ukiranya dihargai antara Rp50.000- Rp600.000 per unitnya sesuai ukuran dan coraknya. Miniatur kapal layar tersebut dia kerjakan sendiri,tanpa bantuan orang lain.Karena tidak semua orang bisa membuatnya karena rumit. “Saya kerjakan sendiri.
Paling istri dan anak yang membantu.Kalau orang lain belum ada,”imbuhnya. Tahun ini,Dia juga mencoba membuat hiasan berbahan bunga pinus,bunga tusam dan daun sirsak. Dia membuat itu karena banyak peminatnya. Bahkan peminatnya tidak kalah dari miniatur kapal layar.“ Bahanya kita ambil dari bunga dan daun asli,pot nya dari bambu.Khusus kerajinan ini,istri saya banyak berperan,” ucapnya.
Hiasan bungan hasil kerajinannya biasa dijual dengan harga antara Rp200.000- Rp600.000 per potnya.Tetap disesuaikan dengan ukuran dan coraknya.
Berharap Investor | |
Harapan seorang perajin adalah hasil karya seninya dihargai dan dilirik
investor untuk dikembangkan. Itu pula yang dirasakan Darwis.Perajin
miniatur kapal layar ini memiliki harapan kuat untuk memasarkan karyanya
ke luar Sumatera Utara (Sumut). Pria berusia 42 tahun ini mengaku
memiliki pengalaman yang cukup untuk mengembangkan hasil karyanya.
Apalagi sederet penghargaan telah diterimanya.
Diantaranya, penghargaandaribinaanDinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)Medan, Micro FinancePKBLBUMN 2011,danjuara1kategoriusaha mikroUMKAward2011. “Saya juga pernah menggelar pemeran tunggal atau bersama pemerintah diberbagai daerah,bahkan sampai Pulau Jawa.,”ujarnya. Selama mengikuti pameran yang digelar pemerintah, ayah dua anak ini mengaku kurang puas atas atensi dan respons dari pemerintah. “Sudah cukuplah saya rasakan bagaimana bekerja sama dengan instansi pemerintah. Bukan malah membantu mencari jaringan,tapi memanfaatkan perajin untuk menaikkan citranya.Sedangkan masa depan perajin tidak diperhatikan mereka,” tegasnya. DiSumut,khususnyaMedan, tidakbanyakwargayang membeli dan menghargai miniatur kapal layar dari bahan bambu karyanya sebagai hasil karyaseni.Melainkanhanya mamandang sebatas bentuk fisik keindahan kapalnya. “Kalau di Medan hanya dilihat bagus secara fisik saja, tidak begitu penting nilai seninya.Makanya,mereka (konsumen) lebih banyak mengira ini hasil replika, padahal miniatur, karena keduanya berbeda,”ungkap suami dari Isna ini. Belajar dari pengalaman ini,bila ingin mengandalkan pameran,dia meminta untuk diundang investor agar memberi dampak baik bagi dirinya dan juga perajin lain. “Sebenarnya Sumut ini begitu banyak potensi,tapi susah berkembang tanpa dukungan dari pemerintah,”tukasnya. Sang istri,Isna Riaty mengaku bangga dengan keahlian Darwis yang tidak henti-hentinya mengeluarkan ide dan bekerja untuk membiayai keluarga. Dia berharap pemerintah mencarikan investor agar suaminya dapat mengembangkan hasil karya seni ukir tersebut.“Suami saya sudah sering menghadapi masalah dengan pemerintah. Makanya,mungkin kami akan mengembangkan usaha ini sendiri bersama keluarga,” pungkasnya.
Sumber : Harian Seputar Indonesia (teks)/ Antara (Foto)
|
Langganan:
Postingan (Atom)