KINI Kecamatan Medan Marelan merupakan lahan potensial bagi pebisnis untuk menggarap pasar lebih besar. Toh, kawasan ini telah menjadi kota baru di utara Kota Medan. Restoran, tempat nongkrong gaul, supermarket, fashion outlet, hingga toko-toko yang buka 24 jam tumbuh bak jamur di musim hujan seiring berkembangnya kawasan pemukiman.
Sederetan bangunan ruko berdiri di
sepanjang Jalan Marelan Raya, dari perbatasan Kelurahan Tanah Enam Ratus hingga
persimpangan Jalan Kapten Rahmad Budin Pasar V Kelurahan Rengas Pulau.
Pemerintah Kota (Pemko) Medan sudah mulai melakukan kajian terkait pengembangan kawasan Medan Marelan. Beberapa waktu lalu, MedanBisnis sempat mengonfirmasi manajemen supermarket Carrefour soal rencana pengembangannya di Kota Medan. Didapat informasi, bakal ada dua lagi gerai Carrefour yang dibangun di Medan untuk melengkapi dua gerai yang sudah ada di kota ini, yakni di Plaza Medan Fair dan Padang Bulan. Memang belum diungkapkan di mana saja dua gerai itu bakal dibangun.
Apakah salah satunya di kawasan Medan Marelan? Bisa jadi, jika melihat potensi pasar di sana yang begitu besar. Lihat saja, supermarket terbesar di kawasan Marelan milik grup Mandiri, sudah lima tahun lebih eksis di sana. Apalagi sebuah restoran makanan cepat saji setahun belakangan beroperasi di Simpang Zipur tepatnya di kawasan pertokoan Brayan Trade Center Helvetia.
Ramainya kawasan bisnis Marelan belakangan memang merangsang hidupnya kawasan lain di sekitarnya, seperti yang terlihat di sepanjang Jalan Manunggal, Labuhan Deli, Deliserdang.
Sepanjang jalan yang menjadi akses ke arah Marelan dari Simpang Zipur tersebut, lima atau enam tahun lalu masih merupakan kawasan perkebunan. Di sebelah kiri kebun kelapa sawit dan kanannya deretan rumah berdinding papan yang dihuni karyawan kebun, sehingga di malam hari sangat gelap dan sepi.“Itu dulu, tapi sekarang kondisinya sudah beda karena jalan itu hidup dua puluh empat jam,” ujar Yusuf, pedagang sayur yang sudah lebih sepuluh tahun tinggal di Marelan. Dia tahu pasti kondisi itu karena tiap dinihari jelang subuh selalu lewat jalan itu mengantarkan sayur ke Pasar Sikambing.
Ya, di sepanjang jalan itu kini sudah berdiri café-café serta deretan kios dan ruko menggantikan rumah-rumah kebun tadi. Ciri khas baru pun muncul, seperti pasar buah yang buka 24 jam dengan pembeli yang ramai sepanjang siang hingga malam hari. “Kalau pasar buah ada yang buka dua puluh empat jam. Tapi café-café di bawah pohon sawit itu hanya sampai tengah malam,” ungkap Yusuf lagi. Berkembang pesatnya bisnis tersebut tentu didasari makin banyaknya jumlah penduduk.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2001 jumlah penduduk Marelan hanya 88.790 jiwa, namun di 2007 mencapai 124.369 jiwa. Ini karena banyaknya warga mengalihkan pilihan tempat tinggalnya ke sana.
Camat Medan Marelan, Pulungan Harahap SH MSi melalui Sekretaris Camat Drs Syafril Minin mengatakan, dalam perkembangan infrastruktur dan perekonomian di kawasan Marelan, konsep universitas dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) negeri sudah masuk dalam program yang diajukan ke Pemko Medan.
Diharapkan dengan tersedianya fasilitas sekolah tinggi tersebut, warga sekitar dapat lebih menghemat biaya yang digunakan untuk ongkos ke tempat kuliah atau sekolah."Kami juga sudah mengajukan program pengalihan pembangunan pasar tradisional, dengan menampung pedagang-pedagang sayur yang berjualan di badan jalan sehingga tidak mengganggu arus lalulintas," jelas Syafril.
Melirik kawasan property, Marelan dijadikan sebagai rumah kedua bagi orang kaya asal Belawan dan kediaman tetap bagi para pekerja pabrik di Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar yang hanya berjarak satu sampai dua kilometer. Juga bagi masyarakat lainnya yang memilih pindah ke Marelan untuk menghindarkan kesumpekan hunian di pusat kota."Orang kaya dari Belawan banyak memiliki rumah mewah di Marelan. Karena di Belawan percuma punya rumah mewah, sering kena air pasang laut," ungkap Supriyanto, Komisaris PT Kembar Kencana, sebuah perusahaan pengembang.
Pemerintah Kota (Pemko) Medan sudah mulai melakukan kajian terkait pengembangan kawasan Medan Marelan. Beberapa waktu lalu, MedanBisnis sempat mengonfirmasi manajemen supermarket Carrefour soal rencana pengembangannya di Kota Medan. Didapat informasi, bakal ada dua lagi gerai Carrefour yang dibangun di Medan untuk melengkapi dua gerai yang sudah ada di kota ini, yakni di Plaza Medan Fair dan Padang Bulan. Memang belum diungkapkan di mana saja dua gerai itu bakal dibangun.
Apakah salah satunya di kawasan Medan Marelan? Bisa jadi, jika melihat potensi pasar di sana yang begitu besar. Lihat saja, supermarket terbesar di kawasan Marelan milik grup Mandiri, sudah lima tahun lebih eksis di sana. Apalagi sebuah restoran makanan cepat saji setahun belakangan beroperasi di Simpang Zipur tepatnya di kawasan pertokoan Brayan Trade Center Helvetia.
Ramainya kawasan bisnis Marelan belakangan memang merangsang hidupnya kawasan lain di sekitarnya, seperti yang terlihat di sepanjang Jalan Manunggal, Labuhan Deli, Deliserdang.
Sepanjang jalan yang menjadi akses ke arah Marelan dari Simpang Zipur tersebut, lima atau enam tahun lalu masih merupakan kawasan perkebunan. Di sebelah kiri kebun kelapa sawit dan kanannya deretan rumah berdinding papan yang dihuni karyawan kebun, sehingga di malam hari sangat gelap dan sepi.“Itu dulu, tapi sekarang kondisinya sudah beda karena jalan itu hidup dua puluh empat jam,” ujar Yusuf, pedagang sayur yang sudah lebih sepuluh tahun tinggal di Marelan. Dia tahu pasti kondisi itu karena tiap dinihari jelang subuh selalu lewat jalan itu mengantarkan sayur ke Pasar Sikambing.
Ya, di sepanjang jalan itu kini sudah berdiri café-café serta deretan kios dan ruko menggantikan rumah-rumah kebun tadi. Ciri khas baru pun muncul, seperti pasar buah yang buka 24 jam dengan pembeli yang ramai sepanjang siang hingga malam hari. “Kalau pasar buah ada yang buka dua puluh empat jam. Tapi café-café di bawah pohon sawit itu hanya sampai tengah malam,” ungkap Yusuf lagi. Berkembang pesatnya bisnis tersebut tentu didasari makin banyaknya jumlah penduduk.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2001 jumlah penduduk Marelan hanya 88.790 jiwa, namun di 2007 mencapai 124.369 jiwa. Ini karena banyaknya warga mengalihkan pilihan tempat tinggalnya ke sana.
Camat Medan Marelan, Pulungan Harahap SH MSi melalui Sekretaris Camat Drs Syafril Minin mengatakan, dalam perkembangan infrastruktur dan perekonomian di kawasan Marelan, konsep universitas dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) negeri sudah masuk dalam program yang diajukan ke Pemko Medan.
Diharapkan dengan tersedianya fasilitas sekolah tinggi tersebut, warga sekitar dapat lebih menghemat biaya yang digunakan untuk ongkos ke tempat kuliah atau sekolah."Kami juga sudah mengajukan program pengalihan pembangunan pasar tradisional, dengan menampung pedagang-pedagang sayur yang berjualan di badan jalan sehingga tidak mengganggu arus lalulintas," jelas Syafril.
Melirik kawasan property, Marelan dijadikan sebagai rumah kedua bagi orang kaya asal Belawan dan kediaman tetap bagi para pekerja pabrik di Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar yang hanya berjarak satu sampai dua kilometer. Juga bagi masyarakat lainnya yang memilih pindah ke Marelan untuk menghindarkan kesumpekan hunian di pusat kota."Orang kaya dari Belawan banyak memiliki rumah mewah di Marelan. Karena di Belawan percuma punya rumah mewah, sering kena air pasang laut," ungkap Supriyanto, Komisaris PT Kembar Kencana, sebuah perusahaan pengembang.
PT Kembar Kencana sendiri kini memiliki
properti di sejumlah titik di Marelan. Selain PT Kembar Kencana, ada banyak
lagi perusahaan pengembang yang menggarap pasar potensial perumahan di sana.
Dari situ bisa dilihat, Marelan merupakan kawasan prospektif untuk bisnis
perumahan dengan melihat tingkat kebutuhan hunian warga yang setiap tahun terus
mengalami peningkatan.“Konsekuensinya, harga tanah memang terus meningkat,
bahkan sangat pesat,” kata Supriyanto.
Dia mengungkapkan, harga tanah waktu mereka beli tahun 1995-1996 rata-rata sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu per meter tergantung lokasi. Tapi sekarang, harganya sudah tiga sampai sepuluh kali lipat. “Contohnya saja tanah untuk rumah sederhana sehat pinggir sungai sudah Rp 150 ribu per meter dari sebelumnya Rp 50 ribu per meter. Lalu tanah yang di pinggir Jalan Kapten Rahmat Budin Pasar V sudah sekitar Rp 1,5 juta dari dulunya cuma Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribuan per meter. Sudah mahal sekarang, dan sulit kalau mau buka lahan kosong untuk dibangun," ungkapnya.
Namun Supriyanto sendiri menyatakan, permintaan pasar perumahan yang meningkat pesat masih menjadi lahan bisnis menguntungkan. Bahkan dia menyebutkan, masih banyak segmen belum tergarap seperti komplek perkantoran dan pertokoan, rumah kalangan menengah ke atas, selain tentunya rumah kalangan menengah ke bawah.“Para buruh pekerja pabrik di KIM Mabar mencari rumah tipe kecil. Banyak di antaranya yang memiliki rumah jauh dari tempat kerja, menjualnya dan beli di sini," jelasnya.
Dia mengungkapkan, harga tanah waktu mereka beli tahun 1995-1996 rata-rata sekitar Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu per meter tergantung lokasi. Tapi sekarang, harganya sudah tiga sampai sepuluh kali lipat. “Contohnya saja tanah untuk rumah sederhana sehat pinggir sungai sudah Rp 150 ribu per meter dari sebelumnya Rp 50 ribu per meter. Lalu tanah yang di pinggir Jalan Kapten Rahmat Budin Pasar V sudah sekitar Rp 1,5 juta dari dulunya cuma Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribuan per meter. Sudah mahal sekarang, dan sulit kalau mau buka lahan kosong untuk dibangun," ungkapnya.
Namun Supriyanto sendiri menyatakan, permintaan pasar perumahan yang meningkat pesat masih menjadi lahan bisnis menguntungkan. Bahkan dia menyebutkan, masih banyak segmen belum tergarap seperti komplek perkantoran dan pertokoan, rumah kalangan menengah ke atas, selain tentunya rumah kalangan menengah ke bawah.“Para buruh pekerja pabrik di KIM Mabar mencari rumah tipe kecil. Banyak di antaranya yang memiliki rumah jauh dari tempat kerja, menjualnya dan beli di sini," jelasnya.
Sumber : Harian MedanBisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar