TAK ada lagi senda gurau, tak ada tawa ceria bersama teman serta sanak saudara. Zihan Fahrozi kini hanya bisa terbaring lemah, sembari menahan derita atas penyakit tumor yang menyerang dasar tengkorak kepalanya hingga membesar dan mendorong keluar bola mata kirinya.
Saat MedanBisnis menjenguk ke rumahnya di Jalan Andansari Gg Ikhlas Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Sabtu (19/5), bocah berusia 11 tahun itu tergolek di kasur yang digelar di lantai rumahnya. Sekali dia bertanya pada ibunya, “Siapa yang datang, Mak?” Selanjutnya, hanya rengekan dan keluhan sakit yang keluar dari mulutnya.
“Sudah empat bulan anak kami begini, tak bisa apa-apa lagi. Mata kananya pun sudah tak bisa melihat lagi, mungkin terpengaruh dari tumor yang menyerang mata sebelahnya,” kata sang ibu, Jamalia Harahap didampingi suaminya Irwansyah.
Kondisi Zihan memang mengenaskan. Tumor di kepala mendorong keluar bola mata kirinya, menyebabkan tonjolan daging sebesar telur bebek.
Disebutkan, sejak lama Zuhan memang sering mengeluh sakit kepala sebelah, seperti migrain. Dan baru sekitar setahun lalu, ketahuan ada tumor di kepalanya. “Sudah berbagai jenis obat kami berikan, baik dari dokter maupun obat-obatan alternatif. Tapi penyakitnya malah makin parah,” ujar Jamalia.
Menurut mereka, dokter ahli yang memeriksa memvonis jenis tumor yang menyerang Zihan sangat ganas, apalagi posisinya di dasar tengkorak dan menyebabkan pembuluh darah terjepit. “Katanya, rumah sakit di Medan bahkan Jakarta pun tak akan sanggup menangani, harus dibawa ke Singapura,” ujar Jamalia.
Karena itu, ketika dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik dan Materna, tak ada penanganan berarti selain dironsen serta diberi obat sekadarnya. Keluarga ini pun memilih membawa Zihan pulang. “Dia sempat di Rumah Sakit Adam Malik dari tanggal 24 April sampai 10 Mei. Tapi di sana cuma diinfus, makanya kami bawa pulang,” sambung Irwan.
Kini, keluarga itu hanya berharap ada pertolongan Tuhan, agar Zihan sembuh. Juga memohon uluran tangan dermawan guna membantu biaya perobatan.
Irwansyah yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik, mengaku sudah habis-habisan mengeluarkan biaya berobat Zihan. Segala macam sudah dijual, tinggal rumah yang mereka tempati sebagai harta paling berharga yang tersisa.
“Ini juga sempat mau dilewatkan. Tapi teman-teman menyarankan jangan dulu, karena kalau rumah hilang bukan cuma satu yang dikorbankan tapi seluruh keluarga,” sambung Jamalia.
Begitupun, masih ada secercah semangat dari diri Zihan, ketika ditanya apa keinginannya. “Zihan ingin sekolah lagi, Zihan ingin main dengan teman-teman,” ujar siswa SD Negeri Andansari, yang seharusnya mengikuti Ujian Nasional barusan.
Sumber : Harian MedanBisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar